Perjudian bukanlah fenomena modern. Aktivitas ini sudah ada sejak ribuan tahun lalu dan menjadi bagian dari kebudayaan di berbagai peradaban kuno. Dari Mesir hingga Tiongkok, perjudian telah berkembang bersama dengan sejarah manusia, baik sebagai hiburan rakyat maupun praktik spiritual atau politik. Berikut ini kita akan membahas Sejarah perjudian di era kerajaan kuno.
Jejak Awal Perjudian di Mesir dan Mesopotamia
Dadu ini diyakini digunakan tidak hanya untuk permainan, tetapi juga untuk praktik mistis seperti meramal nasib.
Sementara itu, di Mesopotamia (Irak modern), para sejarawan menemukan artefak permainan berupa tulang yang diasah dan digunakan layaknya dadu. Di wilayah ini, perjudian tampaknya menjadi bagian dari ritual keagamaan dan sosial, terutama dalam festival-festival besar.
India dan Permainan Strategi
India kuno juga memiliki sejarah perjudian yang panjang. Dalam epik Mahabharata, salah satu bagian paling dramatis menceritakan kisah Yudhishthira yang kehilangan kerajaan dan keluarganya akibat permainan dadu. Ini menunjukkan bahwa perjudian memiliki dampak politik dan sosial besar di era tersebut.
Permainan strategi seperti catur juga berkembang dari permainan yang dulu sering dijadikan alat taruhan antar bangsawan, menandakan bahwa permainan berpikir dan taruhan sering berjalan beriringan dalam kebudayaan kerajaan.
Tiongkok: Awal Mula Permainan Lotere
Permainan seperti keno, yang dianggap sebagai cikal bakal lotere modern, digunakan untuk mengumpulkan dana bagi proyek publik, termasuk pembangunan Tembok Besar. Pemerintah saat itu tidak hanya mengizinkan, tetapi juga mengelola perjudian secara langsung, menjadikannya alat untuk mendukung keuangan kerajaan.
Di samping itu, permainan kartu juga berasal dari Tiongkok sekitar abad ke-9, dan dalam perkembangannya sering kali digunakan untuk berjudi di lingkungan bangsawan.
Yunani dan Roma: Antara Hukum dan Kecanduan
Masyarakat Yunani dan Romawi Kuno juga memiliki hubungan yang kuat dengan perjudian. Orang Yunani dikenal menyukai taruhan dalam bentuk permainan dadu atau hasil pertandingan olahraga. Namun, ironi muncul karena filsuf besar seperti Plato dan Aristoteles mengecam perjudian sebagai kebiasaan yang merusak moral.
Di Romawi, perjudian sempat dilarang secara hukum, tetapi tetap berlangsung secara sembunyi-sembunyi, bahkan di kalangan elit politik. Kaisar Nero sendiri dikenal sebagai penjudi yang antusias. Menariknya, masyarakat Romawi juga mengembangkan bentuk awal dari chip taruhan, sebagai cara menyamarkan perjudian ilegal.
Mesir, Persia, dan Pengaruh Spiritual
Di beberapa kebudayaan Timur Tengah seperti Persia Kuno, permainan berbasis keberuntungan dianggap sebagai bagian dari takdir dan campur tangan ilahi. Permainan semacam ini sering dikaitkan dengan keputusan spiritual, bukan sekadar hiburan.
Di Mesir, selain dadu, terdapat juga permainan seperti Senet, yang dipercaya memiliki makna religius dan digunakan dalam upacara kematian. Ini menunjukkan bahwa perjudian bukan hanya permainan, tetapi juga memiliki nilai simbolik dalam transisi jiwa menuju akhirat.