Perkembangan croissant dari Austria ke Prancis

0 0
Read Time:3 Minute, 44 Second

Croissant adalah salah satu pastry paling terkenal di dunia yang identik dengan budaya Prancis. Namun, tidak banyak yang tahu bahwa asal-usul croissant sebenarnya berasal dari Austria sebelum akhirnya menjadi ikon kuliner Prancis. Perjalanan croissant dari Austria ke Prancis adalah kisah yang melibatkan sejarah, inovasi kuliner, dan adaptasi budaya. Artikel berikut akan membahas tentang Perkembangan croissant dari Austria ke Prancis

Asal-Usul Croissant di Austria

Sejarah croissant dapat ditelusuri kembali ke Austria pada abad ke-17. Di sana, kue berbentuk bulan sabit ini dikenal sebagai Kipferl, sebuah pastry yang dibuat dari adonan tepung, mentega, dan sedikit gula. Kipferl telah menjadi bagian dari tradisi kuliner Austria selama berabad-abad, dan variasinya bisa ditemukan dalam berbagai bentuk dan rasa.

Salah satu cerita terkenal tentang asal-usul croissant berkaitan dengan Pengepungan Wina tahun 1683. Saat itu, Kekaisaran Ottoman (Turki Utsmani) mencoba menaklukkan kota Wina, ibu kota Austria. Namun, upaya mereka digagalkan oleh pasukan Austria yang dipimpin oleh Raja Polandia, Jan III Sobieski.

Konon, para pembuat roti di Wina berperan penting dalam kemenangan ini. Mereka yang bekerja pada malam hari mendengar suara pasukan Ottoman yang sedang menggali terowongan untuk menyerang kota secara diam-diam. Para pembuat roti segera memberi tahu militer Austria, yang akhirnya berhasil menggagalkan serangan tersebut.

Sebagai bentuk perayaan, para pembuat roti di Wina menciptakan pastry berbentuk bulan sabit yang menyerupai simbol pada bendera Ottoman. Pastry ini kemudian dinamai Kipferl dan menjadi sangat populer di Austria.

Dari Austria ke Prancis: Peran Marie Antoinette

Perjalanan croissant ke Prancis tidak lepas dari peran Marie Antoinette, seorang putri Austria yang menikah dengan Raja Louis XVI dari Prancis pada tahun 1770. Marie Antoinette membawa banyak elemen budaya Austria ke Prancis, termasuk kecintaannya terhadap Kipferl.

Ia memperkenalkan pastry ini kepada masyarakat Prancis, dan perlahan-lahan Kipferl mulai dikenal di kalangan bangsawan dan kelas atas di Prancis. Namun, pada tahap ini, bentuk dan tekstur Kipferl masih berbeda dari croissant modern yang kita kenal sekarang.

Transformasi Croissant di Prancis

Meskipun Kipferl diperkenalkan ke Prancis pada akhir abad ke-18, baru pada abad ke-19 croissant mulai mengalami perubahan besar. Seorang pembuat roti Prancis mulai mengadaptasi resep Kipferl dengan menggunakan teknik laminasi adonan, yaitu proses melapisi adonan dengan mentega dan melipatnya berulang kali untuk menciptakan lapisan yang renyah dan berongga.

Salah satu tokoh penting dalam transformasi ini adalah August Zang, seorang pengusaha asal Austria yang membuka toko roti bergaya Wina di Paris pada tahun 1839. Toko ini menjual berbagai jenis roti Austria, termasuk Kipferl, yang segera menarik perhatian warga Paris.

Dari sinilah, para pembuat roti Prancis mulai bereksperimen dengan resep Kipferl, menambahkan lebih banyak mentega dan menciptakan tekstur yang lebih ringan serta renyah. Hasil akhirnya adalah croissant modern yang memiliki banyak lapisan tipis yang garing di luar namun tetap lembut di dalam.

Croissant Menjadi Ikon Kuliner Prancis

Pada awal abad ke-20, croissant telah menjadi bagian tak terpisahkan dari sarapan Prancis. Roti ini mulai diproduksi secara massal di berbagai boulangerie (toko roti) di seluruh Prancis.

Pada tahun 1920-an, istilah croissant secara resmi dimasukkan ke dalam budaya kuliner Prancis, dan sejak itu, popularitasnya terus meningkat.

Croissant sering disajikan sebagai bagian dari petit déjeuner (sarapan ala Prancis), biasanya dinikmati dengan kopi atau cokelat panas. Selain itu, berbagai inovasi berbasis croissant mulai bermunculan, seperti:

  • Pain au chocolat: Croissant yang diisi dengan cokelat.

  • Croissant aux amandes: Croissant yang diisi dengan krim almond dan diberi taburan almond di atasnya.

  • Savory croissant: Croissant dengan isian gurih seperti keju, ham, atau bayam.

Croissant di Kancah Global

Seiring berjalannya waktu, croissant tidak hanya menjadi kebanggaan Prancis, tetapi juga menjadi bagian dari kuliner global. Di berbagai negara, croissant telah mengalami adaptasi sesuai dengan selera lokal:

  • Di Amerika Serikat, croissant sering dijadikan dasar untuk sandwich sarapan, dengan tambahan telur, bacon, dan keju.

  • Di Jepang dan Korea, croissant sering dikreasikan dengan rasa unik seperti matcha, ubi ungu, dan cokelat hitam.

  • Di Timur Tengah, croissant sering dipadukan dengan bahan khas seperti kurma dan pistachio.

  • Di Indonesia, croissant semakin populer dan bisa ditemukan di berbagai kafe dan toko roti dengan variasi isian lokal seperti keju dan cokelat meses.

Kesimpulan

Croissant telah menempuh perjalanan panjang dari Kipferl Austria hingga menjadi ikon kuliner Prancis yang mendunia. Transformasi dari pastry sederhana menjadi roti berlapis yang renyah adalah hasil inovasi para pembuat roti Prancis yang mengadaptasi teknik laminasi mentega.

Saat ini, croissant terus berkembang dengan berbagai variasi rasa dan isian, serta menjadi salah satu roti yang paling disukai di berbagai belahan dunia. Baik dalam bentuk klasik maupun dengan kreasi modern, croissant tetap menjadi simbol kelezatan yang mewakili tradisi kuliner Prancis yang kaya dan bersejarah.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %